Semut, makluk kecil yang menikmati tubuhnya yang “kecil” tanpa mengingkari kenikmatan yang sudah diberikan oleh sang yang Maha Pemberi. Selalu bergerak kemanapun ia suka tanpa menganggap apaun yang menghalanginya sebagai penghalang baginya. Bahkan apapun benda yang menghalanginya pasti dijadikan tempat untuk melangkahkan kakinya yang kecil tersebut untuk selalu bergerak. Kita halangi dengan tangan kita, dia berjalan di atasnya! Dihalangi dengan buku, dia berjalan di atas buku! Dihalangi dengan padang rumput yang luas, dia jadikan rumah bahkan istana disana, di padang rumput tersebut.
Tabiat dan tujuan dari seekor semut cuma satu. Mencari gula. Semut tak akan berhenti bergerak, berjalan, mondar mandir, merayap, memanjat sampai ia mendapatkan apa yang dicari. Tidak Cuma itu yang bisa kita lihat dari seekor semut. Setelah si semut mendapatkan secuil gula, tanpa rasa rakus ia langsung membawa hasil penemuannya tersebut ke sarangnya, untuk dinikmati bersama-sama semut yang lain, sekali lagi tanpa rakus dan mementingkan keuntungan diri sendiri.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Kuasa atas apapun di alam semesta ini. Semoga kita bisa membaca tanda-tanda/ ayat-ayat yang bertebaran di muka bumi ini. Semut salah satunya. Jika kita bisa mengambil pelajaran dari small teacher (semut) ini, maka kehidupan seorang anak manusia (da’i) tidak ubahnya sekor semut kecil yang tinggal di “padang rumput belakang rumah”. Tujuan, winning goal harus kita miliki. Jika semut tujuan hidupnya adalah secuil gula, maka manusia hanyalah Allah SWT. Kegagalan-kegagalan yang ditemui dalam kehidupan adalah sebuah jalan baru yang mau tidak mau harus dilewati (seperti semut tadi yang selalu menjadikan apapun yang menghalanginya sebagai tempat melangkahkan kaki kecilnya yang mungil) dan dinikmati (seperti semut yang membangun istananya di padang rumput) untuk mencapai tujuan hidup.
Winning team yang dimiliki semut berhasil menjadikan semut menguasai tiap jengkal tanah yang anda di permukaan bumi, bahkan menjadi populasi terbanayak di bumi melebihi manusia. Manusia (da’i) juga harus memiliki al-jama’atu tastahiqqun najah (winning team), biar fitnah terhadap para da’I dan Islam tidak lagi dominan di telinga kita. Selalu bergerak, bergerak, dan bergerak dengan team yang kuat. Sebuah kegagalan hanyalah ibarat buku yang mengahalangi semut tadi. Coba kita bandingkan luas buku dengan luas permukaan bumi! Kecil. Jadi kegagalan hanyalah sebuah hal kecil yang menghalagi kita dari kesuksesan untuk mencapai kesuksesan yang terbentang luas.
Masih banyak lagi yang dapat kita ambil dari seekor semut. Ini menjadi sebuah bukti jika tidak ada sebuah penciptaan yang sia-sia. Semua tergantung bagaimana cara berfikir dalam menyikapai keajaiban sebuah penciptaan.
Pilihan dalam hidup bagi seorang da’i hanya ada satu. Menang atau menang! Salah satu yang menjadi syarat datangnya kemenangan tersebut adalah winning value, nilai-nilai apa yang membuat kita berhak mendapatkan kemenangan tersebut. Dan semoga kita menang sebagai penghuni syurganya Allah SWT yang Maha Agung yang sudah merancang kehidupan ini untuk kita jalani dan hadapai tantangan-tantangan yang disuguhkan kepada hamba-hambanya yang kuat.
direvisi Jum’at,7 November 2008 @ wisma KAHF, 11.06 WIB
0 komentar:
Posting Komentar