Spiga

بسم الله الرحمن الرحيم "ولا تحسبن الذين قتلو في سبيل الله أموات بل أحياء عند ربهم يرزقون فرحين بما آتاهم الله من فضله ويسثبشرون بالذين لم يلحقوا بهم من خلفهم ألا خوف عليهم ولاهم يحزنون".النصر والتمكين للمؤمنين آمين

Referensi

Membangun Stasiun Kenangan

Proses! Itulah yang sedang dihadapi oleh bangsa tercinta ini.

Kenapa butuh proses?

Sepenting apakah proses tersebut?

Kenap proses lebih penting dari sebuah hasil yang besar yang datang secara instan?

Banyak pakar berkomentar: “ini adalah proses menuju bangsa yang lebih bermartabat!” ; “mau tidak mau proses ini harus kita hadapi sebagai bangsa yang terus berkembang menyusul ketertinggalan kita sebagai bangsa besar selama ini, untuk menjadi Negara impian!”. Tapi bukan republic mimpi milik pakar komunikasi yaitu uda Efendi Gozali.

Dalam membangun Negara besar, ada tahapan-tahapan yang harus dilewati sebelum mendapatkan visual arsitektur keindahan Negara Indonesia yang diimpikan. Sama halnya dengan membangun sebuah struktur gedung yang sudah dirancang oleh para arsiteknya untuk dijadikan sebuah hasil karya yang indah. Bangunan tidak akan jadi sebuah bangunan meskipun semua yang dibutuhkan lengkap semuanya. Seperti: bahan, pekerja, biaya, dan sarana. Tapi tidak ada waktu untuk melaukan proses pembangunan. Maka semua yang ada tersebut akan menjadi terbuang percuma dan membusuk tidak bisa di gunakan. Begitu juga dengan sebuah bangsa yang kaya ini.

Dan setelah kita merebut dan memiliki waktu untuk melakukan proses kita juga harus bisa menentukan marhala marhala atau tahapan-tahapan dalam membangun, untuk mendapatkan hasil yang di inginkan dan dalam mengefisienkan waktu agar produktif. Hukum alam sangat dekat sekali dengan apa yang akan kita lakukan: sebelum berlari seseorang akan melakukan langkah pertama, sebelum menulis sebuah buku best seller pasti dimulai dengan menuliskan sebuah kata, sebelum mendapatkan gelar doctor atau professor seseorang pasti memulai dengan duduk di bangku sekolah dasar, dan sebelum menjadi tua orang pasti melewatkan masa-masa kecilnya. Nah begitu juga dalam membangun sebuah bangunan, apalagi membangun sebuah Negara. Semuanya dimulai dari yang paling bawah. Sebelum membangun pondasi, tanah harus dipadatkan terlebih dahulu. Setelah itu baru bisa dibangun pondasi. Sebelum membangun lantai dua, tentunya harus dibangun dulu lantai satu. Demikian seterusnya. Dimulai dari hal-hal yang paling kecil (bawah) kemudian terus berprose sampai pekerjaan finishing. Begitu juga ketika membangun sebuah Negara besar yang bernama Indonesia.

Terbayang bagi kita sebagai pagar bangsa (red: pemuda), kebesaran dan luasnya Indonesia dari sabang sampai merauke. Semuanya tidak akan mungkin langsung makmur menjadi bagian dari sebuah bangsa yang bermartabat dikemudian hari nya dalam waktu yang sikat. Tidak akan langsung makmur setelah teriakan reformasi oleh mahasiswa dan masyarakat buruh atau miskin kota tahun 1998 dulu, yang mengharapkan perubahan langsu setelah soeharto ‘KO’. Tidak. Sekali-kali tida.

Bukan berarti kita mencoba memancung semangat mahasiswa yang hoby dan gila aksi dijalan ibu kota untuk menuntut perubahan, atau juga semangat para buruh yang menuntut haknya, dan tidak juga 100% menyalahkan pihak eksekutif dan legislative Negara ini dalam usaha-usahanya dalam melakukan perubahan walau kecil dan tidak terasa bagi rakyat, dan juga tidak mendurhakai para abdi pendidikan yaitu guru-guru dan dosen yang selalu membina (mentarbiyah) daun muda negeri ini. Tapi hanya sedikit memberikan sentilan agar penghuni rumah (red. Indonesia) ini terbangun dari kasurnya yang empuk dan membesihkan rumahnya yang seperti kapal pecah.

Sudah dijelaskan, tidak mungkin kita membangun sebuah bangsa pencakar langit tetapi tidak dimulai dari bawah (pondasi/ keluarga) dan dari bawahnya (pemadatan tanah/ diri sendiri)! Struktur terkecil sebuah Negara adalah keluarag dan keluarga terdiri dari individu-individu yang berbagai karakter. Jadi benar kata kutipan nasehat dari Aa Gym, mulai lah dari diri sendiri! Ternyata memulai dari diri sendiri merupakan usaha yang paling besar dalam memabangun bangsa ini menjadi hasil karya yang fenomenal.

Jadikan setiap detik waktu dalam kehidupan kita merupakan bagian dari peran kita dalam melakukan proses hukum alam yang tidak dapat diganggu gugat! Sehingga setiap kita berhak menyatakan dirinya sebgai pahlawan sejati yang selalu memberikan makna dalam halte-halte kenangan dalam kehidupan sebagai seorang bangsa!

Kalo boleh jujur. Setiap individu dinegeri ini berpeluang menjadi sekuntum bunga yang memberikan keindahan pada setiap mata yang memandangnya, dengan warna-warni mahkota yang indah dan semerbak wanginya diantara hitamnya tanah yang bercampur lumpur yang tidak wangi. Benih-benih bunga tersebut sangatlah banyak, namun terkubur oleh tanah hitam. Diperlukan sedikit usaha untuk menyiramnya dan benih itupun pasti akan muncul kepermukaan kemudian menampakkan kuncupnya dan terus mengembang di taman bangsa yang tercinta ini.

Siapakah dari kita yang akan kembang dan menebarkan wanginya terlebih dahulu?
Saya akan jawab,”sayalah kembang yang pertama kali mewangikan taman surga dunia ini!”.

Rifki Birrul Waalidain
@ ruang kulia, gedung B,lantai 2. Jam 17.45, 2 mei 2008
“ikatlah ilmu dengan menuliskannya”
Rifki_payobadar@yahoo.com

0 komentar: